Resume Artikel Jurnal
Faktor Risiko
Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyakit Jantung
Koroner (PJK) adalah kondisi yang terjadi karena suplai darah ke jantung terganggu, hal tersebut disebabkan oleh penumpukan
plak di arteri jantung.1 Penyakit jantung koroner merupakan 30% penyebab
kematian di seluruh dunia. American Heart Association (AHA) pada tahun 2004
menyatakan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner di Amerika Serikat sekitar
13.200.000.2
Penyakit jantung
koroner di Indonesia telah menjadi penyebab kematian utama.2
Berdasarkan data dari Riskesdas 2007, prevalensi PJK di Indonesia berdasarkan
wawancara gejala sebesar 7,2% dan 0,9% berdasarkan wawancara diagnosis dokter, sementara
itu data dari Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit jantung koroner menurun
menjadi 1,5% berdasarkan wawancara gejala dan 0,5% berdasarkan diagnosis dokter.
Provinsi DI.Aceh berada pada peringkat pertama dengan prevalensi sebesar 12,3%
sedangkan Lampung berada di peringkat terakhir dengan prevalensi sebesar 4,3%,
sementara Jawa Tengah berada di peringkat ke-8 dengan prevalensi sebesar 8,4%.3
Banyak faktor risiko yang
menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner.3 Berbagai faktor
risiko tersebut menarik perhatian penulis untuk mengurai lebih jauh mengenai
faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner, agar
pembaca dapat lebih mengetahui dan lebih waspada terhadap penyakit jantung koroner.
Salah satu dari
berbagai faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner adalah
faktor kebiasaan, seperti perilaku merokok. Perilaku merokok sebagai faktor
risiko penyakit jantung koroner didasarkan pada lama merokok, tipe perokok, dan
jenis rokok.1 Menurut Bustan, lama seseorang merokok dapat di
klasifikasikan menjadi kurang dari 10 tahun atau lebih dari 10 tahun.1 Teori
Dr. Judith Mackay dan Dr. George A. Mensah mengatakan insidensi PJK dua kali
lebih tinggi pada perokok dan empat kali lebih tinggi pada perokok berat
dibandingkan dengan yang tidak merokok.1 Berdasarkan jenis rokok, risiko
PJK secara signifikan 3 kali lebih besar pada orang yang merokok kretek karena rokok
kretek memiliki kandungan nikotin dan tar yang cukup tinggi.1
Faktor risiko lain yang mempengaruhi terjadinya
penyakit jantung koroner adalah kondisi Stres, stres yang berat dapat
mempengaruhi tekanan darah yang selanjutnya mempengaruhi kerja jantung.6 Tekanan darah tinggi atau biasa disebut
hipertensi juga sebagai faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner karena
tekanan darah yang tinggi secara terus menerus menyebabkan kerusakan sistem
pembuluh darah arteri. Arteri tersebut mengalami pengerasan yang
disebabkan oleh endapan lemak pada dinding, sehingga menyempitkan lumen yang
terdapat di dalam pembuluh darah akan membuat aliran darah menjadi terhalang.
Jika pembuluh arteri koroner terkena maka menyebabkan terjadinya penyakit
jantung koroner.2
Selain hipertensi, kondisi glukosa yang
tinggi (diabetes mellitus) di dalam darah yang cenderung menaikkan kadar kolestrol
dan trigliserida juga dapat menjadi faktor risiko penyakit jantung koroner.
Kadar kolestrol dalam darah dapat dipengaruhi oleh trigliserida. Kadar
kolestrol yang tinggi dapat mengendap di dalam pembuluh arteri yang menyebabkan
terjadinya atherosklerosis atau plak. Akibat meningginya beban kerja jantung
dan hipertrofi, maka kebutuhan jantung akan darah (oksigen) meningkat dan
menyebabkan terjadinya PJK.2
Risiko penyakit
jantung dan penyakit metabolik lain yang dikenal dengan sindrom metabolik
sangat berhubungan dengan obesitas sentral/android/visceral/upper. Kelebihan berat badan atau obesitas
didefinisikan oleh National Institutes of
Health sebagai Masa Indeks Tubuh (IMT) ≥ 25 kg / m2 dan obesitas
sebagai BMI ≥ 30 kg / m2. Obesitas dianggap sebagai
faktor yang memberikan kontribusi pada risiko PJK melalui faktor lain yang
berhubungan seperti hipertensi, dyslipidemia, diabetes, dan distribusi jaringan
lemak.5
Faktor risiko
penyakit jantung koroner selanjutnya adalah jenis kelamin. Faktor risiko jenis
kelamin tersebut dipengaruhi pula oleh faktor lain, seperti kebiasaan merokok,
hormon dan usia.4 Penambahan usia akan meningkatkan risiko
terjadinya PJK. Semakin bertambah usia seseorang maka semakin besar kemungkinan
timbulnya karat yang menempel di dinding dan menyebabkan aliran air yang
melewatinya terganggu.2 Morbiditas akibat PJK pada laki-laki lebih
besar daripada wanita sebelum wanita mengalami menopause, karena wanita
mempunyai hormon estrogen yang besifat protektif, namun setelah wanita
mengalami menopause insidensi PJK meningkat dan memiliki risiko yang sama
dengan laki-laki.4
Berbagai faktor
risiko terhadap terjadinya penyakit jantung koroner yang sudah dijelaskan
diatas, terdapat pula faktor risiko yang memiliki hubungan terbalik dengan
kejadian penyakit jantung koroner, yaitu kebiasaan olahraga dan mengkonsumsi
makanan berserat. Orang yang tidak aktif memiliki resiko 1,9 kali lebih besar
untuk menderita penyakit jantung koroner dibandingkan mereka yang aktif berolahraga.6
Efek perlindungan serat terhadap penyakit jantung koroner mungkin dipengaruhi
oleh jenis serat. Serat larut dan tidak larut menunjukkan efek perlindungan
terhadap penyakit jantung, namun ada kemungkinan bahwa sayuran umum dapat
menyebabkan beban glikemik tinggi, yang telah terbukti meningkatkan risiko
penyakit jantung koroner.7
Jadi dapat
disimpulkan bahwa penyakit jantung koroner memiliki berbagai faktor risiko, seperti
perilaku merokok, stress, hipertensi, diabetes mellitus, dyslipidemia, obesitas,
jenis kelamin, usia, kolestrol dan kadar Trigliserida. Seluruh faktor risiko
penyakit jantung koroner saling berkaitan dan saling mempengaruhi, sehingga
diperlukan usaha pencegahan yang multifaktorial, kemudian faktor risiko mengkonsumsi
makanan berserat dan olahraga memiliki hubungan terbalik terhadap kejadian
penyakit jantung koroner. Diketahuinya faktor risiko penyakit jantung koroner,
diharapkan pembaca dapat meminimalisir faktor risiko tersebut, agar terhindar
dari penyakit jantung koroner.
Daftar Pustaka
- Afriyanti R, Palar S, Pangemanan J. Hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner. Jur eCl. Januari-April 2015; 3 (1): 98-102.
- Anggraheny HD, Herlambang KS, Zahrawardani D. Analisis faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang. Jur KM. 2013; 1 (2): 13-20.
- Farahdika A, Azam M. Faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit jantun koroner pada usia dewasa madya (41-60 tahun) (studi kasus di RS Umum Daerah Kota Semarang). UJPH. 2015; 4(2): 117-123.
- Fritz J, Edlinger M, Kelleher C, et al. Mediation analysis of the relationship between sex, cardiovascular risk factors and mortality from coronary heart disease: Findings from the population-based VHM&PP cohort. Atherosclerosis. 2015; 243 (2015): 86-92.
- Schutter AD, Lavia CJ, Milania RV. The impact of obesity on risk factors and prevalence and prognosis of coronary heart disease-the obesity paradox. Progress in Cardiovascular Diseases. 2014; 56 (2014): 401-408.
- Tsani FR. Hubungan antara faktor lingkungan dan perilaku dengan kejadian penyakit jantung koroner (studi kasus di Rumah Sakit X kota Semarang). UJPH. 2013; 2 (3): 1-9.
- Yihua W, Qian Y, Pan Y, Li P, et al. Association between dietary fiber intake and risk of coronary heart disease: A meta-analysis. Clinical Nutrition. 2015; 34 (2015): 603-611.